Warisan Tak Terlihat: Jiwa Yang Kuat
Sukoharjo - Sebagai seorang anak terutama anak laki-laki, kita sering bertanya-tanya alasan mengapa kita mengagumi Bapak layaknya sesosok pahlawan. Itu karena pertanyaan-pertanyaan yang selalu terlitas salah satunya mengapa Bapak selalu terkesan begitu kuat dan jarang sekali berbagi cerita tentang kesulitan yang pernah ia hadapi. Padahal, kita semua tahu bahwa setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit.
Setelah melakukan beribu-ribu melihat video hasil scrolling video dari Reels (Instagram), saya menemukan beberapa alasan mengapa seorang ayah mungkin memilih untuk tidak menceritakan segala beban hidupnya kepada anak-anaknya:
1. Ingin Menjaga Anak dari Khawatir
Bapak mungkin berpikir bahwa menceritakan masalahnya akan membuat anaknya khawatir atau merasa terbebani. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam suasana yang tenang dan bahagia. Nyatanya, anaknya malah secara alamiah mengalami hal yang sama saat sudah beranjak dewasa dimana ia ingin bertanggungjawab atas apa yang ia perbuat dan tidak ingin membebani orang-orang sekitarnya terutama orang tua.
2. Merasa Tidak Perlu Dibahas
Beberapa Bapak menganggap bahwa masalah yang mereka hadapi adalah hal yang pribadi dan tidak perlu diketahui oleh anak-anaknya. Mereka merasa bahwa hal itu tidak akan memberikan manfaat apapun bagi anak-anaknya, jadi merasa lebih baik memendamnya.
3. Takut Terlihat Lemah
Dalam pandangan masyarakat, seorang laki-laki harus selalu terlihat kuat dan tangguh. Mengungkapkan kelemahan atau kesulitan bisa dianggap sebagai tanda ketidakmampuan. Lagi-lagi anaknya merasakannya, setiap kita mengatakan "tidak" karena merasa tak mampu melakukannya (bahkan belum dicoba).
Mungkin, masih ada banyak alasan lain mengapa seorang Bapak tidak ingin menceritakan hal yang telah ia lalui hingga saat ini. Oleh sebab itu, sebagai seorang anak sebaiknya kita mencoba untuk memahami Perspektif (Pandangan) seorang Bapak.
Kecewa? Iya, karena sebagai seorang anak terutama seorang laki-laki. Tentunya, kita berhadap seorang bapak bisa mengandalkan putranya. (Tenang! saya tidak sedang bermasalah dengan bapak).
Jika kita mengambil kesimpulan secara positif, mungkin bapak (terutama bapak saya) menginginkan anaknya bisa memahami dengan sendirinya bahwa seorang lelaki dewasa harus menjadi orang yang kuat dan tegar walaupun terkadang ada luka dan kesulitan yang terus-teruskan kita dapatkan.
Apakah kamu pernah merasakan hal yang saya rasakan?
Catatan: Tulisan ini bersifat umum serta didasari opini pribadi, jelas tidak dapat diterapkan pada semua situasi. Setiap keluarga memiliki dinamika yang berbeda-beda.